Kebohongan seorang ibu
Beberapa hari lalu, saya sempat melihat sebuah video mengenai "Kebohongan seorang ibu", ketika melihat video itu, saya tidak bisa berkata banyak, hanya bisa terdiam dan membenarkan apa yang ada di video tersebut. Dari video tersebut, ada beberapa hal yang disampaikan.
KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan.
Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
“Makanlah nak, ibu tidak lapar”
KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA
Ketika saya dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil memancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan.Pulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera.
KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA
Ketika saya dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil memancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan.Pulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera.
Sewaktu aku memakan
sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang
masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku
makan.
Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu
menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan
cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, ibu tidak suka makan ikan”
KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA
Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk dijual, dan hasil jualan itu membuahkan sedikit wang untuk menyara kehidupan seharian.
KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA
Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk dijual, dan hasil jualan itu membuahkan sedikit wang untuk menyara kehidupan seharian.
Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari tempat
tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya
melanjutkan pekerjaannya membuat persiapan untuk menjual kotak mancis
dikeesokan harinya. Aku berkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok
pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur
nak, ibu tidak penat”
KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam.
KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam.
Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan
segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol
yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan
dengan kasih sayang yang jauh lebih kental.
Melihat ibu yang dibanjiri
peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum.
Ibu berkata : “Minumlah nak, ibu tidak haus!”
KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan.
KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan.
Melihat keadaan
keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang
tinggal di dekat rumahku yang membantu ibuku baik masalah besar maupun
masalah kecil.
Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita
yang begitu sengsara, seringkali menasihati ibuku untuk menikah lagi.
Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasihat mereka,
ibu berkata : “Saya tidak suka akan bercinta”
KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya istirahat dari kerja. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya.
KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya istirahat dari kerja. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Kakakku dan abangku
yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit wang untuk membantu
memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima wang
itu. Malahan mengirim balik wang tersebut. Ibu berkata : “Ibu masih ada
wang”
KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH
Setelah lulus akan peperiksaan akhir menengah, aku pun melanjutkan pelajaran di sebuah universiti diluar negara, berkat biasiswa dari sebuah lembaga swasta. Akhirnya aku pun bekerja di lembaga itu.
KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH
Setelah lulus akan peperiksaan akhir menengah, aku pun melanjutkan pelajaran di sebuah universiti diluar negara, berkat biasiswa dari sebuah lembaga swasta. Akhirnya aku pun bekerja di lembaga itu.
Dengan gaji yang lumayan
tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup diluar negara.
Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau menyusahkan anaknya, ia
berkata kepadaku : “Ibu tidak biasa tinggal di negara orang”
KEBOHONGAN IBU YANG KE LAPAN
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus, dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta.
KEBOHONGAN IBU YANG KE LAPAN
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus, dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta.
Aku melihat ibu
yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan. Ibu
yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan.
Walaupun
senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang
ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa sakitnya pnyakit yg dihidapi
oleh ibuku, sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap
ibuku sambil berlinang air mata.
Hatiku perit, sakit sekali melihat
ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan segaranya berkata :
“Jangan menangis anakku, ibu tidak sakit”
Begitu banyak kebohongan yang ibu lakukan demi anaknya. Dia sanggup kelaparan, kesakitan n sebagainya demi anak-anak. Sudahkah kita sebagai anak membalas semua yang diberikannya?
Begitu banyak kebohongan yang ibu lakukan demi anaknya. Dia sanggup kelaparan, kesakitan n sebagainya demi anak-anak. Sudahkah kita sebagai anak membalas semua yang diberikannya?
Bahagiakanlah orang tua, selama mereka masih ada di dunia. Jangan sampai menyesal ketika mereka sudah tidak ada :)
All Right Reserved © 2013 Copyright @WebmasterID